Jakarta (UNAS) – Menjadi kebanggaan bagi Perguruan Tinggi melihat lulusannya mampu memiliki sederet prestasi serta menjadi sosok yang dapat menginspirasi bagi orang lain. Salah satunya, Alumni Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS), Ahmad Baihaqi yang berkesempatan diwawancara oleh penerbit koran harian Kompas. Pria yang akrab dipanggil Abay ini masuk ke dalam rubrik Sosok yang terbit pada hari Senin (26/4/2021) dengan judul Kesetiaan untuk Keanekaragaman Hayati.
Ketertarikan Abay pada keanekaragaman hayati muncul saat ia mengemban masa studi S1 di Fakultas Biologi UNAS angkatan 2011. Melalui mata kuliah Biologi Konservasi, ia juga mendapatkan bimbingan dari para dosen. “Yang mengena, ibaratnya yang membimbing sehingga isu-isu terkait kelestarian keanekaragaman hayati menarik untuk lebih fokus ada bapak Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si., bapak Drs. Imran SL Tobing, M.Si., dan ibu Dr. Sri Suci Atmoko,” ujar Abay.
Saat diwawancara oleh tim Humas UNAS, Abay menyampaikan bahwa keanekaragaman hayati memiliki peran penting terhadap keseimbangan ekosistem yang juga akan berpengaruh bagi manusia. “Kalau tidak terjadi keseimbangan, nantinya yang mendapat dampaknya adalah manusia. Contoh, adanya tikus di lahan pertanian dapat dikontrol oleh burung hantu sehingga tetap bisa panen. Itu justru untuk manusia sangat penting dan juga lingkungan, maka dari itu perlu hidup harmonis dengan keanekaragaman hayati,” jelasnya.
Setelah lulus S1 di tahun 2015, Abay melanjutkan S2 di Program Studi Magister Biologi UNAS pada tahun 2016–2019. Di tengah masa kuliahnya, tahun 2014, Abay sudah aktif mengikuti kegiatan di luar kampus untuk mendalami ketertarikannya terhadap keanekaragaman hayati. Melalui kegiatan Biodiversity Warriors (BW) angkatan pertama yang diadakan oleh Yayasan Kehati, Abay aktif dalam setiap kegiatan.
Pada tahun 2015 ia dipercaya untuk menjadi Koordinator Capture Nature BW Kehati untuk mendata, mendokumentasi, dan mengidentifikasi potensi flora dan fauna di Ruang Terbuka Hijau Jakarta. Dari situ, Abay beserta tim yang salah satunya juga berkolaborasi dengan Fakultas Biologi UNAS telah menghasilkan buku bertajuk Geledah Jakarta, Menguak Potensi Keanekaragaman Hayati Ibu Kota.
Melalui keaktifan dan kecintaannya terhadap keanekaragaman hayati, pada tahun 2017, Abay beralih dari volunteer menjadi mentor. Sebagai staf Education and Outreach Yayasan Kehati, ia aktif membimbing mahasiswa pada program konservasi alam serta menjadi pembicara webinar untuk mengangkat isu terkait.
Sebagai penggerak pelestarian keanekaragaman hayati, Abay berharap semakin banyak masyarakat terutama generasi muda yang mau mengenal dan melestarikan keanekaragaman hayati. “Sebenarnya keanekaragaman hayati ada di sekitar kita, tidak hanya di hutan, tapi di dalam piring bahkan baju yang kita pakai dari kapas itu adalah keanekaragaman hayati. Tapi belum banyak orang yang aware. Nah ini penting banget untuk generasi muda untuk ikut mengarus utamakan isu-isu pelestarian keanekaragaman hayati secara berkelanjutan,” tuturnya.
Selain itu, Abay juga memotivasi para mahasiswa untuk tidak hanya berfokus pada bidang akademik namun juga mengimbangi dengan kegiatan yang dapat mendalami hard skill dan soft skill, pengaplikasian ilmu, dan memperluas jaringan. “Untuk karir itu nilai akademik penting tetapi kegiatan di luar kelas itu juga sangat penting untuk jaringan teman-teman saat nanti berkarya setelah jenjang perkuliahan karena harus seimbang nilai akademik dan kegiatan di luar kelas,” tutup Abay saat mengakhiri wawancara. (*ARS/MPR)